Bagi yang baru baca, silahkan baca dari Part 1, Part 2, Part 3, dan Part 4. Enjoy guys!.
Hari itu gue sedang melaksanakan hari terakhir ujian
nasional. Jujur, ini adalah mata pelajaran yang paling susah yang gue kerjain.
Selama gue ngerjain soal ini, gue bingung, gue stress sampai-sampai gue pingin
kawin sama Taylor Swift. Tapi sayang Taylor swift nolak gue. Katanya dia udah
punya cowok lain.
Jadi, setelah lama kita deket… INI PEMBALASANMU!!!!!
Gue makin stress ngerjain ini soal IPA. Selain stress karena
udah dikhianati oleh Taylor Swift (untungnya, gue masih punya maudy ayunda.
Huehehehe), Stres gue juga makin bertambah ketika temen gue udahbanyak yang
selesai. Hal seperti ini memang membuat gue takut. Gue grogi, nerveous dan
herpes. Gue gak tau harus ngapain.
Awalnya gue mau nanya ke temen gue. Gue lupa, ujiannya 20
paket. Selain ujiannya 20 paket, gurunya juga galak banget. Sesuai yang udah
gue tulis di postingan yang ini. Benar, kalo gue nanya, mungkin sekarang gue
menulis postingan ini tanpa kepala.
Terus , gue mau coba ngeliat kunci jawaban. Eh, guenya gak
punya kunci jawaban.
Banting setir, gue jadi pengen kawin sama pengawasya. Biar
bisa ngeliat buku. Tapi, akhirnya, niat ini gue urungkan setelah tau umur
pengawasnya 48 tahun. Ya, gue ga mau aja kalo pas mau nonton gue langsung
diledek sama mbak-mbak bioskopnya.
‘Ini dek, tiketnya dua,’ kata mbak-mbak bioskopnya. ‘ibunya
lagi diajak liburan ya dek?’
Gembel sekali bukan?
Well, akhirnya gue gak milih apa-apa. Satu-satunya yang
mungkin gue lakukan adalah nanya ke temen dengan resiko kehilangan kepala juga.
Gue keringet dingin. Melihat temen-temen gue udah pada
selesai, gue langsung terangsang. Tidak, gue gak nonton video miyabi pas
ngerjain soal. Maksudnya gue jadi cepet ngerjainnya gitu. Gue melafalkan
kalimat-kalimat doa saat mengerjakan soal itu. Anehnya, doa yang satu satunya
yang gue hafal saat mengerjakan soal un itu adalah… Ayat Kursi.
Pantes, bukannya cepet selesai ngerjain soalnya. Eh, diluar
kelas setan-setan udah ngajak tawuran.
Balik lagi ke soal UN.
Entah kenapa, saat itu otak gue tiba-tiba langsung bekerja
keras. Semua yang asalnya nge-blank tiba-tiba gue inget lagi semuanya. GUe
mengerjakan semuanya dengan lancar. Ya, lumayan lah. Dari 20 soal yang gue
lewat (iye, ujiannya emang susah), gue berhasil ngerjain 18 soal.
Terima kasih Ayat Kursi.
Gue masih mengerjakan soal dengan santai dan cepat. Saking
cepatnya pensil gue sampai berasap. Bau-bau itu mulai tercium. Benar, itu
adalah bau kemenangan (walaupun, sebenernya itu bau ketek gue yang tadi pagi
belum sempet pake deodoran). Dan akhirnya gue
gue sampai di soal terakhir. JENG! JENG! JENG! Gue keringet dingin lagi.
GILA! SOALNYA SUSAH MEN!.
Saat sampai di soal ini, gue bener-bener nerveous dan herpes.
Soal ini tentang struktur tulang.
Lebih spesifik : Struktur tulang pipa
Lebih spesifik lagi : Struktur tulang pipa paralon.
Oke yang terakhir gue bercanda. Yang benernya struktur
tulang pipa di manusia, deng!.
Gue gak tau harus berbuat apa dengan soal ini. Gue sangat
bingung. Yang pertama, gue sangat membenci pelajaran biologi. Terutama tentang
tulang. Jujur, walaupun gue suka membaca, gue sangat tidak suka pelajaran
seperti ini. Gue lebih suka buku haha-hihi dan buku-buku fiksi lainnya. Lah,
ini? Tulang. Apa yang harus diketawain tentang tulang.
Masa saat gue melihat orang yang terkena lordosis, gue harus
bilang ke dia seperti ini.
‘Cieee bungkuk cieee… udah tua nieee…’
Tuh kan jadi gak lucu.
Terus, kalo gue ngeliat orang yang patah tulang, masa gue
harus bilang gini :
‘Cieee… yang lagi patah tulang kaki… eh tangannya juga ya?
Cakit ya? Kecian de lo… suruh siapa tulangnya dipatahin?? Alay deh lo…’
Kalo gue sampai ngomong kayak gitu, bukannya ketawa, si
pasiennya malah membawa keluarganya. Lalu, mematahkan tulang gue bersama-sama.
Gue mati. Semua senang.
Gue udah bingung banget. Waktu tinggal 10 menit lagi.
Artinya, 10 menit lagi gue mampus. Salah satu. Akhirnya, gue menemukan jalan
keluar 3 jalan keluar.
Jalan Keluar Pertama : Gue segera mengambil pisau di ruang
tata usaha. Memotong tulang gue. Lalu melihatnya secara langsung.
Jalan Keluar Kedua : Gue nembak suntikan ke kepala pengawas.
Laluberharap agar pengawasnya langsung pingsan. Dengan segera gue melihat buku
dan menyelesaikan semuanya.
Jalan Keluar Ketiga : Gue menembak pengawas dengan pistol
lalu memotong tulang kakinnya milihatnya secara langsung sambil menyamakan
jawaban dengan teman.
Berhubung, yang pertama gue nanti gak bisa pulang ke rumah
(iye, gue gak mau jalan ke rumah sambil ngesot-ngesot), yang kedua gue gak
punya obat biusnya, dan yang ketiga gue bingung simpen mayat pengawasnya
dimana. Gue memutuskan tidak melakukan ketiganya.
Gue depresi.
Lagi asik-asik ngerjain, saat ngerjain soal yang kosong yang
terakhir, tiba-tiba gue inget dia. Iya, dia yang selama ini udah gue sukai dan
cintai. Dia yang udah gue keceng dan gebet selama 2 tahun sejak 2012. Dia yang
udah gue kirimin surat cinta dodol. Dan dia yang udah hati dan pikiran gue
selama kurang lebih 2 tahun ini.
Dia, Mercy A.S.
Oke, bukan, dia bukan nabi. Bentar, sebelum gue sergap sama
MUI gue jelasin singkatannya.
Iya, Mercy Alya Saputri.
Orang yang sudah 3 bulan ini intesif gue omongin di blog ini
mulai teringat kembali. Setelah 3 minggu gue mencoba fokus UN, nama dia meminta
diputar kembali di otak gue. Masa-masa itu mulai teringat kembali. Saat pertama
kali gue bertemu, kenal, ngegebet dan mengirim surat cinta dodol itu.
Gue inget semuanya. Semuanya, terutama saat pertama kali gue
ngirim surat itu. Waktu itu tanggal 7 Maret 2014.
Gue kembali melihat soal. Gue melihat gambar, banyak
lingkaran di tulang pipa itu dan menunjukan bagian lingkaran yang tengah. Gue
kembali melihat pilihan jawaban. Lalu gue bulatkan jawaban (yang ternyata
benar) di Lembar Jawaban Komputer. Dan…
Kriiiinngggg…
Kriiiiiinngggg…
Bel berbunyi.
Setelah lama menunggu, akhirnya toa kampret itu berbunyi
juga. Untung gue udah siapin penyubat telinga. Biar siput gue gak pindah lagi.
Kemarin, rumah siputnya pecah di telinga gue. Kasihan si siput.
Gue keluar dengan bangga. Setan-setan yang ngajakin tawuran
di kelas juga udah pada pulang. Iye, gue minta maaf dulu sama mereka. Gue
jelasin aja, doa yang gue tau cuma itu. Meskipun, setelah gue nobrol dengan
mereka, kaki gue ilang kena gear
motor (benar, di dunia mereka. Mereka punya kendaraan seperti motor. Konon,
kecepatannya sangat cepat. Jika kita ada di jawa barat dan ingin ke Jakarta,
hanya dalam 30 detik, ita sampai.).
Ingatan itu sekarang mulai jelas muncul dalam pikiran gue. Gue segera belari ke
tempat penyimpanan tas di lantai 3. Gue melihat ke atas. Sudah banyak orang.
Mungkin sudah ada disana.
Iya, benar. Tempat gue dan dia menyimpan tas memang sama.
Waktu itu, 1 kelas itu bisa menyimpan tas 2 kelas. Dan kebetulan, tempat gue
dan dia meyimpan tas memang sama. Gue berlari kencang ke arah kelas itu. Kali
ini gue gak mau rencana gue gagal buat ngedeketin dia.
Bener, gue memang punya rencana. Setelah UN ini, gue pengen
nedeketin dia. Ya, sekedar ngajak jalan, jadi temen chat, dan mungkin menjadi
‘temannya’.
Akhirnya, gue sampai di depan kelas. Gue menyebarkan
pandangan gue ke seluruh penjuru kelas. Gue melihat seseorang hendak memakai
tas berwarna kuning bermerek jansen itu. Dia berdiri tegak dan mengobrol dengan
temannya, kerudung berwarna putih, wajah yang putih dan bersih, dan gelang
angkatan sekolah bertuliskan ‘Ksatriaan 12’ melengkapi penampilan cantiknya.
Seperti biasa yang gue lihat. Seperti dahulu yang sering gue perhatikan.
Gue perlahan memaksa kaki gue berjalan perlahan ke arah dia.
Secara perlahan juga kaki gue mulai terasa ringan untuk digerakkan.
‘Qi! Sini lo!’ kata seseorang ke gue. Suaranya samar-samar
tertutupi oleh keberisikkan kelas ini. Suara orang itu mirip sekali erangan
babi yang sekarat.
Gue menoleh ke samping. Ternyata
adam-si-tukang-maling-jemuran sahabat gue yang memanggil. Pantes, suaranya
mirip erangan-babi-sekarat. Kaki ini
terasa berat kembali. Gue akhirnya lebih memilih teman. Gue datang menghampiri
adam.
Ya, seperti biasa, gue mengobrol dengan geng gue. Sesekali
gue ingin kembali menghampiri dia, tetapi geng gue ini menahan. Gue mengobrol
dengan mereka dan sesekali juga gue melihat dia. Setelah lama mengobrol, gue
kembali melihat dia. Dia hendak pergi meninggalkan kelas.
Gue panik. Panik kebakaran ketek.
Gue langsung mengajak semua sahabat gue ini ke luar kelas.
‘Eh, eh, ngobrolnya di luar yuk! Disini udah sepi nih.’ Kata gue.
‘Ayok, gue juga bosen nih. Keluar aja yu’ kata adam yang
suaranya mirip babi sekarat ini.
Semua juga mengiyakan.
Gue berjalan ke luar. Oh, ternyata dia lagi ngobrol diluar.
Sama seseorang. Empat mata. Juga laki-laki. Gue deg-degan. Panik? Jelas.
Khawatir? Pasti. Gue hanya melihat dia. Memperhatikan apa yang dia bicarakan.
Rencananya, setelah dia mengobrol, gue pengen ngajak ngobrol dia.
‘Lo gak cemburu liat kecengan lo ngobrol berdua gitu?’
Aprana ngagetin gue.
‘Eh, enggak lah!,’ Kata gue ‘Ngapain gue harus cemburu? Gue
emang siapanya dia?’ gue bijak.
‘Sok banget! Nih ya, kalo gue ngeliat lo nangis pas dia
jadian sama orang itu,’ kata aprana sambil nunjuk orang yang sedang mengobrol
dengan dia ‘gue bakalan jitak elo’
‘Enggak lah!,’ gue mengelak ‘gue cowok bego! Mana mungkin
gue nangis!’
‘Awas aja’
Gue kembali melihat dia. Dia udah menghilang lagi. Gue
berlari ke tangga. Tidak ada. Tidak ada tanda-tanda dia sudah melewatinya. Gue
lihat ke bawah. Oh itu dia. Dia udah ada di bawah lagi. Sekarang yang gue
pikirin cuma ada satu : Apakah dia terjun dari lantai 3 ke bawah? CEPET
BANGET!.
Gue dan teman-teman gue turun ke bawah. Gue mendekati
barisan kelas gue. Benar, hari itu memang sedang ada pengumuman. Gue menuju
barisan gue. Ada dia. Di sebelah barisan gue. Dan di paling belakang.
Sesekali, gue melihat ke arah dia. Gue melihat kecantikannya.
Gile. Gue melted. Kadang, terlintas
di pikiran gue ingin mengajak dia bicara. Pikiran gue seolah berkata : Ayo ki! Lo harus ngomong sama dia!.
Tetapi, hati gue selalu menolaknya.
Gue kembali menoleh ke depan. Sesekali gue melirik dia. Saat
gue melirik dia, kebetulan, dia melihat gue. Gue terus meliriknya. Gue melihat
wajah yang aneh, tatapannya juga, ini berbeda sekali. Tidak biasanya dia
melihat gue dengan mata sedikit sayup seolah ingin berkata sesuatu. Tapi enggak
bisa.
Gue menoleh ke depan kembali. Gue terdiam menerka-nerka apa arti
tatapan itu.
Tatapan ini juga terlihat saat gue selesai foto kelas.
Setelah selesai pengumuman, kelas gue mengadakan foto kelas dan kebetulan,
tempat gue dan dia foto sama. Setelah selesai foto kelas gue melihat dia. Dia
juga melihat gue. Tatapan itu terlihat kembali.
Gue merasa aneh.
Sepulang sekolah, gue balik kerumah. Nyokap gue nanya,
kenapa gue balik malem.
‘Kamu dari mana aja, kong’
‘Habis foto kelas’ Kata gue datar.
‘Oh iya. Mama lupa. Kamu udah makan belum? Mama gak masak
apa-apa,’ kata nyokap ‘kamu makan roti aja ya. Itu ada di meja makan selainya
juga ada di situ’
‘Iya.’ Kata gue masih datar.
Gue langsung menuju meja lapar. Insting gue memang sangat
hebat kalau lagi lapar. Makanan yang sudah dekat pun terasa sama gue. Gue
seperti punya food sense. Hehe.
Sembari membuat roti isi selai kacang, gue memikirkan
tatapan dia itu. Gue punya firasat buruk tentang tatapan dia. Ini berbeda
sekali. Tidak biasanya dia seperti itu.
‘Atau jangan… jangan… dia…’ pikir gue.
Dengan cepat, gue lari ke kamar gue. Gue segera mengambil
laptop, mencolok modem lalu membuka twitternya. And…
It hits me.
Gue melihat nama seseorang ada di bio twitternya. Nama yang
sudah tidak asing terdengar oleh gue dan nama itu adalah nama orang yang
mengbrol dengan dia saat di lantai 3 tadi.
Dugaan gue bener.
Dia jadian.
Sama cowok itu.
Di depan mata gue.
Gue nangis jerit-jerit sambil ngais-ngais tanah. Untung
apran gak ngeliat gue nangis. Bisa-bisa sekarang gue udah jadi perkedel siap goreng.
Hati gue jelas hancur. Berkeping-keping. Apa yang gue makan seolah
tak terasa di lidah gue. Apa yang gue minum seolah tak terasa di lidah gue dan
roti selai kacang yang sedang gue makan saat itu mendadak tidak terasa.
Setelah lama, akhirnya gue merasakan apa yang dirasakan oleh
orang-orang yang Unrequited Love.
Jadi ini rasanya tidak bisa merasakan apa-apa.
Kalo kata radit filosofinya gini : Jika jatuh cinta bisa mengubah
tahi menjadi coklat, maka cinta tak berbalas akan mengubah coklat menjadi tahi.
Akhirnya gue menunggu. Lagi. Ya, ini yang selalu gue lakukan. Menunggu…
menunggu.. dan menunggu.
Tapi, kenapa, selama gue menggu
sekian lama. Hati gue menjadi menolak kehadiran dia. Apa ini saatnya?
***
Sebulan kemudian, dia putus. Kalo gak salah tanggal 24 Mei
kemarin. Iya benar. Dia udah single.
Gue kembali melihat foto twitter dia. Sekarang, setiap gue
melihat fotonya, hati gue menolak. Entah, apa namanya perasaan ini. Ini tidak
terdefinisikan. Tidak bisa terpikirkan. Tidak bisa dijelaskan. Perasaan ini
aneh.
Setiap gue memikirkan namanya, perasaan itu muncul kembali.
Perasaan yang pernah dulu gue rasakan kepada orang-orang yang pernah gue keceng
sebelumnya.
Dan sekarang, gue masih bertanya-tanya. Apakah ini saatnya?
To be continued…
***
This post for someone and especially for her, who can make me stronger
and make me sure i can make a great blog. Thank you for everything you gave to
me :).
Happy Birthday, Mercy
Ini banget nama cewenya disebutin? hahaha semacam so sweet yang terlalu sweet ya. Udah part 5 pula, duh ketinggalan 4 bagiannya waaaks. Semoga parti setelah ini no more waiting ya :p
ReplyDeleteHahaha, tenang... nama ceweknya emang di samarin kok. Baca dong yang part sebelumnya :p
DeleteIya enggak bakal lama kok. Paling entar minggu depan di update.
<-- Habis baca semua partnya nih :))
DeleteUsul aja usul, edit postnya lagi Qi, terus tambahin link ke postingan selanjutnya biar tahu kalo kamu udah update lagi.
Asek. keren.
DeleteOke sip! entar gue tambahin deh! kemarin lupa. Buru-buru. Hehehe.
bener tuh kata mbak Ashima .. tambahin Link, biar gua jga bisa ngikutin part sebelum&selanjutnya :)
DeleteOke sip! Udah ditambahin yeeee :)
Deletejadi ini rasanya tak bisa merasakan apa apa -_-"
ReplyDeleteaku pernah ngerasain hal yg sama kayak gini.. jadi flashback :3 haha
Jadi rasanya tida bisa merasakan apa-apa... gue bener kan?
DeleteSenasib kita.
Woho keren! seru nih ceritanya walaupun di bagian tengah agak keras dan absurd tapi endingnya dapet. Lanjutkeun bang :)
ReplyDeleteLebih seru lagi kalau baca part-part sebelumnya dong ! #promosilagi. Hehehe.
DeleteSiap... tinggal 1 part lagi kok. Hehe.
Ane cuman bisa bilang, ciyeeeeeeehh. Keren bro. Sekedar saran sih, kata "gue"-nya menurut ane kebanyakan :D
ReplyDeleteOke, makasih sarannya ya! Postingan selanjutnya gue kurangin deh :)
DeleteHih, apa gue bilang. Lambat sih..~
ReplyDeleteIya nih...
DeleteMonkey memang...
KAYAKNYA KEMAREN PAS NUIS INI NGGAK ADA TULISAN ULANG TAHUNNYA DEH?
DeleteEh, ada kalo gak salah...
DeleteSetelah baca ini jadi kepingin nulis pengalaman waktu SMA.. Hahaha
ReplyDeleteMenulislah, sebelum itu dilarang, nak... :)
DeleteWah asik nih, elu orangnya so sweet juga. Tapi gua belom baca part sebelumnya nih, nyusul deh ya.
ReplyDeleteBtw, salam kenal, gua Tata. Kayaknya ini pertama kalinya gua menepakan kaki di sini. :D
Baca dong part sebelumnya! Hehehe.
DeleteSalam kenal juga. Moga betah deh! hehehe
waaa waaaa~
ReplyDeletekereen bet ini cerita :3 asa kaya nonton pilem~
Salam kenaaal :D
Hahaha, makasih yaaa :)
DeleteSalam kenal juga :) Baca juga dong part sebelumnya! hehehe
ini yang bener namanya Mercy Alya Saputri. atau Mercy Alay Saputri.
ReplyDeleteDia bisa jadi keduanya secara bersamaan kok ! (lho?)
DeleteAntusiasme perasaanmu ga muncul lagi ya?
ReplyDeleteNegga juga. Masih ada sih antusiasme mah :)
DeleteElo lemot sih Qi...
ReplyDeleteTapi selama masih ada kata 'putus' dalam kamus, dan ada kata 'masih' dalam perasaan diri... coba lagi aja...tentu dengan lebih aktif... #gue nyaranin apa sih...
tapi...yang mana sih yang namanya Mercy, bentar...bentar, gue stalking akun elo dulu.
Ini penasaran banget sih hahahaha Coba aja deh...
DeleteIya entar gue cobain lagi. Tapi kayaknya sekarang bukan waktu yang tepat deh...