Nebeng Motor = Dikira Homo

Hidup ini penuh dengan rencana.

Begitu juga dengan gue. Gue adalah orang yang penuh perencanaan. Contohnya, ketika besok gue mau pergi ke sekolah, di hari sebelumnya gue pasti udah nyiapin semuanya. Baju, sepatu, buku, celana, celana dalem, sampai ke bulu ketek. Iya, bulu ketek. Tiap mau berangkat sekolah pasti gue sisirin. Biar rapih.

Contoh lainnya, setiap gue mau pergi jauh, gue pasti nyiapin semuanya. Ya, begitu pula dengan bulu ketek.

Hal ini juga berlaku sewaktu gue kelas 9. Sewaktu kelas 9 gue punya rencana untuk mengurangi pengeluaran uang jajan gue. Secara, dulu gue adalah orang yang sangat boros. Kalau pulang cepet dan masih ada sisa uang, gue pasti jajan. Apalagi kalau malam minggu, kalo masih ada uang, gue pasti beli kecrekan buat mangkal di taman lawang.

Huh, homo boros

Akhirnya, gue gak bisa bimbang. Gue gak bisa begini terus. Bisa-bisa gue homo. Gue tidak mau homo di usia muda. Mending di usia tua (EH ENGGAK KOK! GUE GAK HOMO!).

Gue sempat berfikir, gimana ya caranya biar gue gak boros lagi dan gimana ya biar gue gak mangkal di taman lawang lagi? (lho?).

Gue bediri, bengong di atas balkon rumah. Mikirin "Gue gak bisa terus begini!". Setelah lama berfikir, sekitar 3 menit, terbesit sebuah ide besar muncul di kepala gue. Gue semangat!. Gue loncat dan berkata

"AH!" Teriak gue.

Gue jatuh dari lantai dua.

Setelah koma beberapa jam, gue pun mengingat-ngingat kembali ide gue sebelum jatoh dari balkon. Ya! gue punya ide!.

Ide gue adalah sewaktu gue SMA nanti hal yang harus gue cari adalah :

1. Teman
2. Motor
3. Teman yang bawa motor.

Ya! itu dia!. Gue harus cari temen yang suka bawa motor. Jadi, renacana gue untuk menghemat pengeluaran uang adalah carilah teman yang suka bawa motor.

Menurut penelitian bahwa nebeng kepada orang yang suka bawa motor dapa menekan pengeluaran uang jajan dan ongkos kendaraan umum. Dapat kita lihat pada grafik di bawa ini :

Benar, bukan? Maka, bagi anda yang masih SMA, Menebenglah! Sebelum anda ditebengi!.

Jadi, sekarang gue sudah SMA dan tentunya sekarang gue sudah punya teman yang bawa motor. Dia sangat baik sekali. Kalo gue mau minta anterin ke suatu tempat dia pasti nganterin, kalo gue mau ke Gramedia pasi dia anterin. Kalo dia gak mau ngaterin gue ke suatu tempat, gue todong dia pake piso lalu berkata

"ANTERIN GUE GAK! ANTERIN! ATAU GUE BUNUH LO!"

Gue juga sangat dekat sekali dengan dia. Kita seperti sahabat sohib. Kalau diibaratkan kalo gue adalah seekor kucing, dia pasti adalah eeknya.

Kedekatan kita ternyata sudah diketahui oleh teman sekelas gue. Diam-diam, sewaktu gue nebeng motor temen gueketika ingin pergi melayat. Teman gue memoto gue dari depan.

"Ki! Kita di foto!"

"Anjrit!" Teriak gue. "KEJAR MEREKA!" 

"TIDAK!" Kata temen gue.

"KENAPA?!"
"GUE GAK ADA BENSIN KAMPRET!"

Akhirnya kita berdua di foto. Foto kita diedit lalu diumbar dengan fitnah-fitnah yang keji. Ini di fotonya.


Sesaat sebelum gue nodong piso.

Sial ini semua fitnah. Gue merasa hina. Sekarang, setiap gue lewat orang yang liat foto itu. Mereka pasti bilang gue.

"HOMO!"

Sekarang, gue mau klarifikasi.

TIDAK! GUE TIDAK HOMO KOK. BUKTINYA GUE MASIH SUKA SAMA CEWEK! YANG ADA DI BUKU GUE ITU LOH! #promo

Ya, jadi bagi kalian yang melihat gue. Tolong, jangan pernah bilang gue homo.  Kalau tidak, kutodong kau dengan piso.

Gue tidak homo kok. Itu biasa dilakukan pada malam hari.