Woah... Mosting!
Kali ini, gue gak mau curhat dulu kayak biasa yang sering gue posting. Tapi, sekarang gue mau share sebuah cerita pendek bertemakan horror tapi komedik. Jadi, cerita horror yang gak terlalu diseriusin.
Tadinya sih gue mau mosting kejadian-kejadian absurd di minggu pertama gue sekolah. Tapi, gue udah ngantuk banget nih. Mata udah bener-bener tinggal seperempat. Hehe.
And... ntar lusa blog gue ultah satu tahunan lho! YEEEEE!!
Besok aja kali ya curhatnya. Biar enak aja gitu...
So, biar gak banyak cingcong dan bencong baca aja cerpen gue yang berjudul.....
JENG! JENG! JENG!
Hantu Bawah Kasur
Kenalkan.
Namaku Ben Liacong. Aku adalah anak berumur 18 tahun keturunan cina. Mamaku
orang Cina. Ayahku juga keturunan Cina. Jadi jelas namaku aneh seperti itu. Aku
adalah anak pertama dari 2 bersaudara adikku berumur 14 tahun. Ia masih kelas 2
SMP.
Oh
iya, aku lupa. Nama panggilanku Ben. Keluargaku memanggilku acong. Tapi,
teman-temanku memanggilku bencong. Aku tahu, itu memang sangat aneh. Padahal,
dari fisik aku tidak terihat seperti bencong. Aku adalah laki-laki yang gagah.
Rambutku
cukup panjang memang untuk seorang lelaki. Tetapi, rambutku tida seperti
tante-tante desperate berumur 40
tahun yang diwarna oranye, make up tebal, dan bulu ketek yang dicukur habis.
Aku tidak seperti itu. Rambutku ya.. seperti penyanyi. Aku lupa siapa namanya.
Kalo gak salah yang nyanyi ini :
Tak
bisa hatiku meragukan cinta
Karena
cinta tersirat bukan tersurat…
Meski
kucing kampugku berwarna cokelat..
Tiap
pagi slalu bangun jam 2..
Untuk
ngubek-ngubek comberan depan rumah…
Huooouououoouoo….
Iyeyeyeeye….
Houoeourkehakfjdsajdajs…
Maaf teman-teman, aku tak hafal liriknya. Tapi kira-kira seperti itu. Aku juga
berperawakan tinggi. Badanku berisi dan mempunyai otot yang kuat. Walaupun seperti
itu, memang sih, aku lebih suka bergaul dengan teman-temanku di taman lawang.
Tapi, tenang, aku tidak pernah menyumpal dadaku dengan kertas Koran agar
terlihat besar kok. Aku hanya sekedar ngamen untuk menambah uang jajan.
Maklum…
insting gembelnya keluar…
Tapi,
selain diejek bencong, teman-temanku juga menyebutku Si Anak Aneh. Ya, dulu,
aku pernah kepergok oleh beberapa teman sekolahku. Aku ketahuan sedang
berbicara dan asik sendiri dengan “teman-temanku” yang terlihat semu bagi
mereka. Tapi, itu nyata bagiku.
Ya,
aku anak yang berbeda dari kaumku.
Aku
bisa melihat “mereka”
***
Hari
itu hari dimana pertama kali aku bisa melihat “mereka”. Aku masih berumur 8
tahun. Anak yang masih lugu dan polos yang selalu menanyakan hal-hal yang
kurang penting pada ayah atau ibuku.
Kala
itu, aku dan ibuku hendak pergi ke rumah sakit ternama di kotaku untuk
menjenguk nenekku yang sedang sakit. Sebelum berangkat, aku memang mempunyai
firasat buruk semenjak dari rumah. Aku sempat beberapa kali melihat
bayangan-bayangan hitam yang selalu muncul 2 minggu ini. Wujudnya hitam pekat,
seperti kopi hitam yang selalu ayahku buat.
Anehnya,
bayangan itu selalu saja muncul di kamarku. Kamar ibuku tidak. Begitupun ayahku
dan juga adikku yang masih berumur 3 tahun itu.
Aku
merasa aneh dan juga takut.
Akhirnya,
aku memutuskan pergi dengan ibuku ke rumah sakit. JIka aku disini sendirian,
aku takut makhluk hitam itu menggangguku kembali. Dengan segera, ibuku
mengeluarkan motor, menyalakannya lalu pergi ke sana segera sambil memacu dengan
cepat kuda besi miliknya itu.
Sesampainya
di rumah sakit, hatiku berdebar sangat kencang. Entah kenapa, tapi, aku
merasakan hal yang aneh di rumah sakit ini. Rumah sakit ini memang seram di
mataku. Kotor, kumuh, dan sedikit panas. Aku heran, kenapa nenekku memilih
tempat seperti ini.
‘Ma,
kenapa nenek memilih tempat seperti ini?’ Tanyaku polos.
Ia
menjawab ‘Iya ben, katanya tempat ini bagus’
‘Tapi,
tempat ini kan seram ma?’
‘Ya…
walaupun seram, yang penting nenek bisa cepat sembuh kan?’
Ya,
memang benar apa kata mama. Walaupun tempat ini seram yang penting nenek bisa
cepat sembuh.
Aku
mulai melangkahkan kaki menuju pintu utara rumah sakit ini. Di sinilah
kejanggalan itu terjadi…
Saat
aku melihat pintu masuk rumah sakit itu, aku melihat sesuatu. Sesuatu yang
sebelumnya pernah aku lihat di kamar tidurku. Bayangan-bayangan itu mulai
bermunculan. Satu… Dua… Tiga… Sepuluh… banyak sekali bayangan yang muncul saat
itu. Aku ketakutan. Mereka mulai terbentuk menjadi tubuh-tubuh seperti manusia
lainnya.
Wajah
mereka juga mulai terbentuk. Bayangan hitam itu sekarang menjadi putih, lalu
membentuk sesuatu yang seringkali membuat kaumku ketakutan.
Aku
berteriak ‘MAMA!!! MAMA!!! Aku takut!!!!’
‘Takut
apa?! Takut apa?!’ ia kebingungan.
Aku
tiba-tiba terdiam. Aku berdiri kaku di sebelah mamaku. Keringat mengucur deras
dari tubuhku. Mataku melotot. Aku tak bisa menjawab pertayaan mamaku. Setelah
itu semuanya menjadi hitam, akupun terjatuh dan terbaring di sebelah mama.
***
Tak
lama kemudian, mataku kembali terbuka. Aku terbangun dan segera mengedarkan
pandangan.
‘Dimana
aku?’ Kataku pelan.
Aku
terus memperhatikan barang-barang yang di ruangan ini. Oh, aku baru sadar
ternyata ini kamarku sendiri. Rupanya pingsan di rumah sakit tadi cukup membuat
aku amnesia ringan atau mungkin saat aku terjatuh lemas kepalaku membentur batu
yang ada di rumah sakit itu. Mungkin.
Samar-samar,
aku mendengar beberapa orang sedang bicara di luar kamarku. Tampaknya, dari
nada bicaranya orang-orang ini terlihat begitu khawatir tentang keadaanku. Aku
juga mengenali suara-suara ini. Ini adalah suara mama dan papa.
Aku
sangat ingat gaya bicara mama memang seperti ini. Nada bicara mama selalu saja
enak untuk didengarkan. Suaranya halus dan pelan. Sangat berbeda dengan mama
lainnya. Suara papaku juga sangat berat dan tegas. Mungkin karena ia seorang
tentara. Suaranya memang dilatih berat dan tegas.
Oh
iya, papaku memang seorang tentara di Indonesia. Ia sudah lama tinggal di
Indonesia dank arena kecintaannya pada negeri ini, ia menjadi seorang tentara
untuk melindungi tanah yang dipijaknya kini.
Adikku
juga terdengar khawatir. Suara yang yang halus dan seperti anak-anak sekali
terdengar oleh telingaku ini. Ia terus bertanya ‘Ma.. Pa… kakak kenapa?’ kepada
mama dan papa memotong pembicaraan mereka.
Akupun
segera bangun dari tempat tidurku dan hendak melangkah menuju pintu yang
tertutup rapat dan tidak terkunci ini. Saat aku mulai melangkah, aku melihat
kembali bayangan hitam itu. Bayangan yang sama aku lihat di rumah sakit saat
itu dan bayangan yang memang sering muncul di kamarku ini. Aku ketakutan.
Aku
berlari kecil keluar dari kamarku yang besar ini. Aku takut jika bayangan hitam
itu tiba-tiba membentuk sosok yang mengerikan. Segera kubuka pintu kamar ini
dan sedikit berjalan cepat ke arah mama dan papa yang sedang membicarakan
keadaanku di depan TV menyala yang tak ditonton mereka itu. Mungkin karena
terlalu khawatir dengan keadaanku ini, mereka sampai lupa tak mematikan TVnya.
Melihatku
sedang berjalan ke arahnya, mereka langsung berteriak memanggilku namaku dengan
terharu.
‘Acong!
Kamu gak apa-apa kan, nak?’ Kata mamaku setengah berteriak.
‘Enggak
ma, aku gak apa-apa’ Kataku.
Papaku
mulai angkat bicara ‘Kamu kenapa nak? Kok kata mama kamu tiba-tiba pingsan gitu
di depan pintu rumah sakit?’
Aku
terdiam kembali. Mataku melotot. Jantungku berdegup kencang mendengar kata-kata
papaku tadi. Aku teringat kembali, bayangan hitam itu sangat mengerikan. Saat
aku melihat itu aku sangat kaget melihat bayangan hitam itu membentuk hantu
yang begitu mengerikan. Aku ingat wajah-wajah mereka yang berdiri di depan
pintu rumah sakit itu. Wajah mereka begitu mengerikan, ada wanita yang mukanya
hancur dan dan dipenuhi darah. Ada juga sesosok pria yang kepalanya menyentuh
bahunya karena lehernya yang patah. Dan yang paling membuatku takut samapai
pingsan ada sesosok wanita buruk rupa mendekatiku sambil merangkak lalu
memegang kakiku.
Papaku
bertanya kembali. ‘Loh? Kamu enggak apa-apa nak? Kok muka kamu jadi gitu sih?’
‘Enggak
pa, Aku enggak apa-apa kok. Aku cuma kecapekan aja kali.’ Kataku yang tidak
ingin menceritakan kejadian siang itu.
‘Baguslah
kalau begitu!’
Aku
kembali bercengkrama dengan keluarga kecil ini. Kami bersama-sama menonton TV
sambil bercanda ria. Aku tertawa melihat adikku digelitiki oleh papaku. Adikku
berteriak kegelian. Kami juga menonton salah satu acara komedi di TV dan
tertawa bersama-sama melihat kejadian lucu dilayar itu.
Keluargaku
memang seperti ini. Selalu saja menyempatkan untuk bercanda dan tertawa riang sekedar melupakan hiruk-pikuk kehidupan dunia
ini. Aku sangat beruntung dan juga bersyukur terlahir di keluarga bahagia ini.
Kami
terus menonton acara sampai larut malam. Adikku pindah ke kamarnya sendiri.
Mama tertidur dibahuku sedangkan aku dan papaku tetap terjaga. Akupun meminta
izin pada papaku untuk tidur di kamarku. Setelah mendapat izin, pelan aku
letakan kepala mamaku ke sofa.
Akupun
melangkah ke kamarku dan segera kubaringkan tubuhku yang mungil ini ke atas
tempat tidurku. Lampu tidak kumatikan. Aku takut ada yang menggangguku lagi.
Sebenarnya,
aku tidak mengantuk. AKu hanya malas jika mengobrol berdua saja.
Saat
itu aku hanya melamun di atas tempat tidur memikirkan kejadian tadi. Aku sangat
takut jika mengingatnya kembali. Tapi, jika aku berusaha melupakannya, tetap
saja teringat kembali. Ditengah lamunanku tiba-tiba bayangan hitam yang serin
gmuncul di kamarku itu muncul kembali dan tiba-tiba dia memunculkan sosoknya.
Astaga! Dia….!!!. Dengan cepat menyembunyikan seluruh badanku dalam selimut.
Tak lama kemudian aku membukanya kembali.
Ah,
aman…
Mungkin
hanya khayalanku saja.
Aku
segera mematikan lampu dan tidur secepatnya sembari menyembunyikan tubuhku
dalam selimut. Aku takut jika makhluk itu muncul kembali.
Saat
aku tertidur… kakiku seperti ditarik-tarik. Selimutku juga ikut bergoyang. Aku
hendak berteriak tetapi seperti ada yang menahanku. Aku hanya bisa memejamkan
mata. Jantungku berdegup kencang. Keringat bercucuran di wajahku. Aku terus
melantunkan doa-doa dari mulutku. Setelah 30 menit bertarung, akhirnya semuanya
seudah hilang.
Aku
belari keluar kamar dan segera masuk ke kamar mamaku. Aku masihketakutan tapi
semuanya aman kembali sampai paginya. Tapi saat itu akhirnya aku mengetahui
sesuatu. Aku ternyata ‘Indigo’ dan di rumah ini ada orang selain kami.
***
Esoknya
aku kembali tidur larut malam. Jam sudah menunjukkan jam 11.00. Seperti biasa,
kami terlalu asik bercengkrama hingga lupa waktu.
Akupun
kembali ke kamar tidurku. Seperti biasa, kumatikan lampu menutupi tubuh dengan
selimut dan segera menutup mataku. Sampai saat itu tidak ada gangguan lagi
seperti kemarin. Tapi….
Tak
lama, aku terbangun dari tidurku. Entah kenapa, tiba-tiba aku seperti itu. Aku
melihat jam da ternyata sudah jam 12 malam. Tengah malam. Aku kembali
memejamkan mataa seolah tak peduli dengan apa yang terjadi.
Tiba-tiba
hal itu muncul kembali. Hal yang kemarin terjadi menggangguku sampai setengah
jam. Aku kembali di permainkan oleh mereka. Selimutku ditarik keluar hingga tak
ada lagi yang menutupiku selain baju. Kakiku juga ditarik tarik. Lampu kamarku
mati-menyala secara berulang-ulang. Aku hendak berteriak minta tolong tapi tak
bisa bicara.
Sekitar
15 menit, semuanya berhenti. Lampu kamarku menyala. Aku hanya bisa melotot dan
menganga karena ejadian itu. Tiba-tiba muncul bayangan-bayangan hitam itu muncu
dari bawah kasurku. Ia menarik kakiku lalu menyeretku ke dalam. Aku terus
mencari pegangan agar aku tak tertarik ‘mereka’.
Tapi
aku akhirnya tertarik ke dalam kolong kasurku. Aku terdiam disana ketika
melihat seorang wanita cantik di bawah kasurku ini. Lalu wanita itu berkata padaku.
‘Tenang,
jangan takut. Aku tak akan menyakitimu. Aku hanya sedang kesepian dan ingin
mencari teman. Maukah kamu menemaniku ben?’
Aku
mengangguk pelan ke arahnya. ‘Kamu
siapa? Kenapa kamu menggangguku?’ Kataku dengan nada terbata-bata.
‘Aku
hanya kesepian. Maaf jika kamu terganggu. AKu ingin mencari teman aku mohon. Oh
iya, namaku lisa.’ Katanya
‘B-b-baiklah
lisa. Kamu kenapa?’
Aku
terus menghujani pertanyaan-pertanyaan ke arahnya. Melihat tubuhnya sepertinya
ia adalah anak yang masih muda. Umurnya sekitar 14 tahun. Dia bercerita padaku
tentang semuanya.
Dia
memberitahuku dia dan keluarganya dibunuh oleh pembenuh bayaran yang iri
terhadap bapaknya. Seorang anggota DPR yang menurut dia sangat baik dan tidak
melakukan hal-hal menjijikan yaitu korupsi. Ia juga mencari-cari ibu dan
ayahnya tetapi selalu tidak ketemu. Padahal mereka mati di tempat yang sama.
‘Aku
yakin mereka pasti sudah diangkat allah ke tempat yang baik. Bukan di bumi
sepertiku.’
Aku
mengangguk pelan.
‘Oh
iya, ben maukah menjadi sahabatku?’ Tanya dia.
‘B-b-baiklah
lisa. Akan tetapi, kamu jangan menunjukan sosok mengerikanmu itu.’
‘Iya,
aku janji.’
Malam
itu akhirnya kita resmi berteman dan bermain malam itu. Dia adalah orang yang
cukup asik. Dia mau bermain dengan anak-anak sepertiku.
Ia
sekarang juga selalu mengikuti kemanapun aku pergi. Dia selalu ada disampingku
menemaniku ke sekolah, belanja dengan mama dan pergi dengan papa. Orangtuaku
juga selalu heran ketika aku bersamanya aku selalu ngomong sendiri dan asik
sendiri.
Padahal
aku sedang bermain dengan teman yang terlihat oleh mereka semu.
Aku
juga sering bermain di rumah. Dia selalu asyik memainkan boneka adikku
sedangkan aku asyik dengan mainan robotku. Aku selalu bermain dengannya tentang
pernyerbuan alien. Jadi, ketika boneka dia sedang terancam, aku si robot
menyelamatkan dia dari serangan alien itu.
Dia
juga selalu melindungiku ketika ada hantu-hantu penasaran iseng menggangguku.
Lisa memang teman yang baik.
Senang sekali rasanya punya teman baru
yang hanya bisa aku yang melihatnya.
Aku
berteman cukup lama sekitar 6 tahun aku selalu bersamanya sebelum akhirnya aku
harus berpisah dengannya. Papaku dipindahkan karena tugasnya di Bandung sudah
selesai. Ia sekarang akan bekerja di Jakarta. Rumahku juga akhirnya dikontrakkan.
Kata mama lumayan kita bisa dapat pemasukan.
Lisa
sangat sedih. Aku juga sebenarnya ingin membawanya pergi ke Jakarta tapi ia
bilang.
‘Tidak
usah, Ben. Aku ingin disini saja. Siapa tau ibu dan ayahku menjemputku kembali
di tempat ini dan siapa tahu aku bisa menemukan teman baru sepertimu, Ben.’
‘Oke,
semoga kamu cepat dijemput orang tuamu ya, Lisa!’
‘Ihik-ihik,
iya ben. Hati-hatiya disana!.’ Kata dia sambil tertawa geli.
‘Iyaaa…’
Aku
pun melambaikan tangan dari mobilku kepada Lisa. Dia hanya tersenyum seolah
berkata. Cepat kembali ya Ben. Aku akan menunggumu. Nanti kita bermain lagi!.
Aku
hanya melamun sambil tersenyum memikirkan Lisa sahabatku. Aku akan segera
kembali, Lisa.
Hey,
bagi kalian yang sedang membaca ceritaku. Jika kali pindah ke rumah yang agak
besar bertingkat dua, berpagar warna emas dan cat berwarna oranye. Itu rumahku.
Dan jangan takut jika tidur di kamarku. Disana ada Lisa. Dia hanya ingin
berteman denganmu kok. Hanya perkenalannya memang agak buruk.
Semoga
cepat menemukan teman baru ya, Lisa.
***
Gimana? Cerita gue semi horror ya?
Keren gak?
lumayan bikin penasaran qi..
ReplyDeleteWuah masa? Manteeeeepp....
DeleteIni cerita asli? gila horor ini mah, tapi ya semi horor juga, soalnya hepi ending. Kayak difilm film aja qi... Oh ya, Indigo ya, aku juga punya temen kek gitu :)
ReplyDelete