Surat Cinta Untuknya Part 4 : Terima Kasih, Kamu :)


Senin kemarin, tepatnya tanggal 24 maret 2014, gue udah berhasil ngobrol sama kecengan gue. Benar, dia adalah Mercy.

Nb : gak bosen-bosennya gue ingetin, bagi yang baru baca, silahkan baca Part 1, Part 2, dan Part 3 nya. Biar rame aja bacanya. Tapi, ini kalo yang mau ya!. Kalo enggak juga gak apa-apa :).
Sebelum gue menceritakan hari H gue ngomong sama Mercy, mari kita flashback ke hari Minggu tanggal 23 Maret 2014.

Hari itu, gue dan temen gue Rafi yang pernah gue ceritakan di postingan ini, sedang merencanakan sesuatu yaitu kejutan  untuk Mercy.

Benar, kejutan.
Lebih spesifik : Kejutan Cinta.
Lebih Spesifik lagi : Kejutan Cinta Dodol.
Lebih Spesifik sekali : Kejutan Cinta Dodol dan Goblok.

Oke, untuk mempermudah membaca mari kita singkat Operasi Kejutan Cinta Dodol dan Goblok menjadi OKCDG.

Dan OKCGD pun mulai direncanakan.

Tentunya, untuk merencanakan sesuatu, kita harus mengobrol dan menegosiasikan bagaimana cara memberikan kejutan untuk dia. Awalnya gue dan Rafi ingin mengobrol lewat telepon, tapi apa daya, berhubung duit gue tidak memadai, itu tidak kita lakukan. Lanjut lagi, gue mau mengobrol lewat Direct Message twitter, ternyata, Rafi tidak diizinkan membuka laptop oleh kedua orang tuanya. Sialan.

Gak habis fikir, gue mengusulkan agar kita berdua mengobrol lewat telepon benang (lah?). Karena kepanjangan, akhirnya kita tidak jadi menggunakan telepon benang. YAIYALAH! Mana ada benang yang panjangnya 20 KM!. Hehe.

Setelah lama berfikir, akhirnya kita menemukan solusi yaitu bertemu di rumah Rafi (KENAPA GAK DARI TADI!). Iya, gue tau, lo semua pada gondok ama gue kan?. Hehe.

Paginya gue SMS Rafi.

Gue : Fi, kita ketemuan di rumah elo jam 9 ya.
Rafi  : Oke sip.

Didorong oleh kuatnya cinta gue terhadap Rafi Mercy, dengan segera pergi ke rumah Rafi. Dengan dipacu kuda besinya bokap gue, gue pergi ke rumah Rafi. Setelah 1 jam perjalanan, gue sampai di depan PVJ dan segera lari menuju rumah Rafi.

Dan akhirnya, gue sampai di rumah Rafi.

Sesampainya disana, dengan sigap gue masuk kedalam rumahnya dan segera merencanakan OKCDG.
‘Jadi gimana nih fi? Gue harus ngomong apa aja sama dia?’

‘Emm.. gini aja,’ Pandangan Rafi melihat tajam ke gue. Matanya bersinar. Selain karena ada senter yang ada di otaknya, cahaya matahari seolah memantulkan sinarnya. Lalu dia bilang ‘elo ungkapin aja apa yang ada di hati lo, setelah itu tembak dan beri coklatnya..’

Entah kenapa, saat itu Rafi ngomong dengan nada yang di dramatisir. Dia berkata seperti orang yang sedang memberitahu kebenaran tentang dirinya.

Nadanya sangat pelan dan seolah dia akan menangis menerima kenyataan pahit. ‘Qi… elo tau gak? Sebenernya, gue itu gayyyyy… dan… ternyata, gue punya kutil di tete gue…’. Lalu, nada gay itu terdengar  menggema di kuping gue. Seperti di film-film lebay itu.

 Ironis sekali.

Sebenernya, gue punya rencana, setelah ngomong gue akan memberikan coklat ke dia. Seperti yang ada di film-film. Seorang lelaki-ganteng-dan-kekar hendak menembak orang yang dicintainya dan memberikan coklat kepada pasangannya. Romantis.

Bahkan, awalnya gue ingin membuat rencana penjebakan untuk Mercy agar lebih romantis. Jadi, gue bakalan menyewa pesuruh, lalu mencelakai dia. Dan tiba-tiba gue, seorang-(setengah)-lelaki –(yang enggak) Ganteng- dan- lembek menyelamatkan dia. Seperti yang di film Spiderman 2.

Gue masih inget adegan ketika MJ sedang ngobrol dengan peter parker di restoran. Lalu, saat ditanya oleh MJ bagaimana perasaan peter parker ke dia, si peter bilang

‘No, I don’t love you.’

Dan setelah itu MJ kecewa, lalu bilang ke peter parker

‘Kiss me. I want know how about your feeling.’ MJ berkata dengan lembut.

Di saat mereka berdua hendak berciuman tiba-tiba mereka mendapat serangan dari belakang oleh Dr. Octavius. Dengan sigap peter menyelamatkan MJ dengan spider sense nya, lalu mereka berdua selamat.

Romantis Abis.

Nah sekarang coba bayangkan gue sedang berada di posisi peter dan Mercy sedan di posisi MJ. Saat Mercy bilang ‘Kiss Me.’, gue mendekatinya dan tiba-tiba Rafi menyerang dengan cara melompat dari belakang dan dengan chicken sense gue, gue lalu menyelamatkan Mercy . Kita berdua selamat, gue jadian sama dia.

Ironis Abis.

Tapi sayang, rencana tinggalah rencana. Selain karena gue ‘agak’ mirip bencong (ENGGAK KOK! GUE BUKAN BENCONG!. KAN CUMA MIRIP!), gue takut saat menyelamatkan Mercy gue mengalami kegagalan. Seperti badan gue tertindih oleh Rafi lalu gue ditemukan tewas dengan badan yang udah mirip sama kertas HVS.

Oh iya, perlu diketahui, bahwa Rafi adalah orang yang gendut. Jadi, jika Rafi menindih gue , tentu saja gue bakalan gepeng.

Tidak terbayangkan jika gue bakalan ketindih sama dia, orang ketabrak gerobak es krim walls aja gue koma 3 bulan. Apalagi ketindih Rafi.

Gue langsung tewas ditempat.

Gue pun membalas omongannya ‘Ok, tapi kayaknya gue gak bakalan nembak dia deh. Cuma ngasih coklat aja.’

‘Oh iya fi, bokap lo kan kerja di Kraft, gue mau beli coklat di elu aja deh. Siapa tau lebih murah. Hehe.’

Dengan muka gemes-gemes najong, Rafi membalas omongan gue. ‘Kraft itu memproduksi keju, Nyet! Bukan coklat.’

Gue diem. Oh astaga, gue lupa kraft itu ngebuat keju. Untuk menghidari epilepsy dari Rafi. Gue lebih memilih diam.

‘Eh iya gue lupa, tapi kraft lagi kerjasama sama catbury dan toblerone. Gue masih ada sekotak tuh di kulkas.’ Rafi melanjutkan omongannya.

Kita berdua ketawa garing.

Gue lempar Rafi ke luar jendela.

‘Nih ki,’ Kata dia sambil menyodorkan satu buah coklat Toblerone yang masih dingin dan terbungkus rapi.
‘Wah! Keren! Berapa nih fi!’

Rafi mendekatkan mukanya ke gue lalu berkata ‘Gausah ki. Anggap aja ini ucapan terima kasih gue. Elo kan suka bantu gue pas gue lagi susah.’

Gue senyum-senyum najong.

Ah… Rafi memang sangat baik. Andai saja di lebih ganteng sedikit, udah gue pacarin dia (lho?).
Begitulah rencana gue saat minggu kemarin.

Mari kita balik lagi ke Senin 24 Maret 2014

*flushbuck*

Hari itu, gue dateng sangat pagi. Tapi tenang, gue gak dateng ke sekolah jam 2 subuh kok. Gue dateng sekitar jam 5.49 . Tidak seperti biasanya, hari itu gue terlihat rapi dan unyuk sekali. Kalo dibayangin, gue itu udah seperti Tom-Cruise-Gagal-Operasi-Plastik. Baju rapi, dasi rapi, celana sudah disetrika, dan sekarang gue memakai kolor yang baru saja gue curi dari tetangga sebelah. Bau gue juga berbeda seperti ini, Kali ini gue menggunakan parfum. Semua ini hanya untuk satu cewek. Mercy Alya Saputri.

Di sepanjang pelajaran, gue hanya memikirkan apa yang kata-kata yang harus gue ukir sedemikian rupa untuk ngomong sama dia. Ah… kalo lagi kayak gini gue jadi inget lagunya Jamrud – Pelangi Di Matamu.

30 menit, kita disini, tanpa suara
dan aku resah, harus menunggu lama, kata darimu…
Mungkin butuh khusus, merangkai kata, untuk bicara
dan aku benci, harus jujur padamu, tentang semua ini...

Tapi semua pikiran itu musnah saat istirahat pertama. Saat itu, gue hendak  membeli makanan di kantin. Gue dan bojekers jalan menuju kantin itu membeli sesuatu dan saat gue menginjakan langkah pertama di depan kantin. Gue melihat seseorang berkerudung putih sedang membeli batagor.

Teringat buku radit yang ‘Babi Ngesot’, awalnya gue mau memuji dia, seperti cara yang ditulis dalam buku radit ‘Pujilah seorang cewek, karena mereka suka dipuji’. Saat itu gue hendak memuji dia. Sperti contoh yang diberikan radith kepada gue.

Jika dia sedang membeli batagor, kamu berjalan dibelakangnya. Lalu, tepuklah dia dari belakang. Saat dia menoleh kebelakang, berkata dan pujilah dia.

‘Hei, batagornya bagus.’

Setelah itu dia akan keheranan. Kata radith itu respon biasa. Cara mencegahnya, puji dia lebih dalam.

‘WAAAHHHH!!! Ternyata bukan batagornya aja yang bagus! Mas yang jualnya juga bagus banget!. Penjualnya gak mirip batagor! Keren!’

Mungkin, setelah gue memuji dia seperti itu, dia akan menampar gue lalu mengeroyoki gue hingga tak bernyawa.

Buset. Khayalan Tingkat TInggi.

Setelah memikirkan hal absurd tadi yang tidak jadi dan tidak akan gue laksanakan, gue langsung melihat dia dan berkata

‘Eh, pulang sekolah jangan kemana-mana ya! Aku mau ngomong. Ok!’  Ucap gue.

Dia pun mengangguk tanda setuju dan gue tinggalkan dia bersama temannya.

Ah… gila! Saat itu gue seneng banget!. Rasanya gue ingin buka baju sambil berkata ‘cenat-cenut’ di kantin. Tapi, karena badan gue terlalu kering, gue urungkan niat tersebut.

Pulang sekolah, dengan sigap gue bergegas keluar. Gue senyum-senyum najong, gue berjalan ke depan dan… gue melihat dia sedang berjalan dengan temannya, hendak meninggalkan sekolah.

DEG!. Hati gue seolah patah, remuk, dan kunyuk. Gue seperti baru saja dipatahkan oleh ade ray.
Gue bengong di depan kelas meratapi kepergian dia.

Gak lama kemudian, ada yang menepuk pundakk gue dari belakang. Benar, itu adalah Adam.

‘Qi, ayo kita solat!. Gue mau pulang nih.’

Gue membalas dengan anggukan kepala sambil berjalan kea rah mesjid yang berada di lantai 2.
Gue dan Adam pun solat dan gue berharap semoga gue dia tidak benar-benar pulang saat itu. Selesai solat, gue turun ke bawah dan memasuki kelas yang sudah kosong. Ya, disana hanya tersisa tas gue bojekers, Rafi, dan dinda. Segera gue merapikan tas dan hendak meninggalkan sekolah. Di saat sedang beres-beres meja, adam dari luar memberikan kode ke gue.

‘Qi, itu di depan ada siapa!’

Gue menerka-nerka ‘Siapa? Mercy?’

Gue segera berlari ke depan dan… oh yeah!. Ternyata dia belum pulang!. Hati gue terasa disambungkan kembali dengan super glue!. Gue serasa dilahirkan kembali!. AAAHHHHHH YEEEAAAAHHHH.
Dengan cepat, gue menghampiri dia dan mengajak ngobrol dia. Gue langsung mendekati dia dan berkata.

‘Emm… cy, bias ikut sebentar. Aku mau ngomong.’

‘Mau kemana?’

‘Sebentar aja. Di sana.’ Gue menunjuk kursi di depan kelas gue.

Dia menolak ‘Eh enggak ah! Di sini aja. Emang mau ngomong apaan sih?’

Sebenernya, banyak perdebatan antara gue dan dia. Disisi lain, gue pingin ngomong di tempat yang sepi. Biar romantis. Tapi, disisi lain dia gak suka tempat sepi. Mungkin bawaan gue yang agak sedikit kebencong-bencongan membuat hatinya curiga. Akhirnya setelah berdebat nyaris 10 menit untuk menentukan tempat, akhirnya gue mengalah dan mengobrol di depan kelasnya.

Sebenernya, ada rasa risih saat gue ngomong sama dia. Karena banyak banget yang ngeliatin. Apalagi anak-anak yang sekelas sama dia. Rata-rata pada nge cie-ciein gue. Kamfret. Rasanya, ingin sekali gue melemparkan bom Molotov untuk memusnahkan mereka semua. Tapi, apa daya, gue gak punya bom Molotov.

Tapi, karena ini semua untuk dia. Gue rela untuk malu! Gue lawan semua itu!. Gue pun mengobrol dengannya. Tapi, sebelumnya ada keanehan yang terjadi saat hendak memulai pembicaraan. Dia dengan anehnya berkata

‘Bentar, kita gak bakalan ngomong ‘kutang yang beterbangan kan’?’

Gue terdiam sebentar. Gue mulai mencerna kata-katanya. OH IYA! GUE INGET!. Bill pernah bilang ke gue.

‘Qi, lo bikin surat cinta yang romantis dikit dong. Dia ilfil tuh gara-gara ada kutangnya.’

Sebenernya saat itu gue malu. Bahkan, saking malunya, gue ingin bilang.

‘TENANG!, INI BUKAN MASALAH KUTANG AKU JANJI TIDAK AKAN ADA KUTANG-KUTANGNYA!. BAHKAN AKU SEKARANG TIDAK MEMAKAI KUTANG!. PERCAYALAAAHHH!!!.’

Tapi, didorong oleh rasa malu gue tidak bilang seperti itu. Gue hanya menutup muka dan bilang.

‘Enggak kok. Ini gak ada kutang-kutangnya.’

Akhirnya, gue pun mengobrol dengan dia. Gue mengobrol tentang perasaan gue kepadanya. Jujur, obrolan kita saat itu memang ‘agak’ kaku. Gue gak bicara banyak. Tapi, gue harap dia bisa meresapinya.
Setelah mengobrol gue hendak memberikan coklat toblerone itu. Seperti biasa, ada perdebatan antara kita saat menerima coklat itu. Tapi, akhirnya dia menerimanya.

AH! OKCDG SUKSES BESAR!

Gue ngerasa lega. Gue pun pergi meninggalkan dia dan menghampiri ‘geng’ gue.

Gue melihat ke belakang, Mercy sudah dikerumuni oleh teman-temannya. Gue hanya bisa tersenyum. Lalu, gak lama kemudian, salah satu teman perempuannya menanyakan ke gue.

‘Kamu nembak dia?’ Dia bertanya dengan nada yang sangat di dramatisir.

Gue jawab sambil tersenyum ‘ Enggak.’

‘Lho? Bukannya dia single ya?’

Gue mencerna kata-katanya. Bener juga dia. Tapi gue masih ragu dengan perasaan gue sendiri. Lagian, gue dan dia Cuma baru kenal baru-baru ini aja. Percuma kan, kalu jadian tapi diem-dieman aja. Maaf, gue bukan babi hutan yang kalo pacaran Cuma diem-dieman aja (Emang bener ya?). Walaupun Cuma mirip dikit (lho?).

Entahlah ada apa dengan perasaan gue ini. Gue ragu, bahkan dengan perasaan gue sendiri. Sepanjang malam, bukannya bahagia udah ngomong sama doi, gue malah ngegalau. Ah sial. Tapi, gue yakin, bisa mempertahankan perasaan ini sampai  nanti dan (mungkin) selamanya. :)

Tetapi, ada  satu hal yang gue tau di dalam hatinya yang bahkan orang lain tak tahu. Dia akan menjadi orang pertama yang benar-benar menghilangkan rasa selai kacang di lidah gue

Terima kasih Mercy :).

To be Continued…

8 comments:

  1. Ekyaaa.. pajak jadian nih hoho, gue blogger baru salam kenal bro \o/

    ReplyDelete
  2. Gue ngakak pas dialog yang ada kutang-kutangnya. Sumpah hahaha! Lanjutkan :D

    ReplyDelete
  3. Hahahaha. Akhirnyaaa. Akhirnyaaa terjadi jugaa. :D

    ReplyDelete
  4. Hiyaaat Qi hiyaaat selamat yaaaa. Ikut seneng hahahaha ./nari tor-tor./

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hiyyyaatt hiyyaaattt makasih ya! /ikutan nari tor-tor/

      Delete

Thank's for reading reader's!. Jangan lupa ninggalin jejak. Gak perlu nempatin link blog lo di komentar. Kalau sering-sering mampir, nanti dikunjungi balik kok!. Hati senang, kamu riang, lepas kutang~. -@rifqiaakram