Okay i think i must tell you about this .
It's about something that makes me little confused.
Pernah gak sih kita berpikir tentang kematian? Selama ini gue menganggap bahwa gue jauh dari kematian. Gue pikir "Ah tenang aja. Gue masih muda umur gur masih 16 tahun. Gue akan mati ketika tua.". And well, i think i've been made a mistake. Ternyata, gue salah besar.
Kematian bisa datang dari mana saja. Kapan saja. Bisa aja setelah gue selesai menulis, tiba-tiba malaikat izrail ada disamping gue. Meminta izin untuk mencabut nyawa. Bisa aja ketika gue kebelet kencing, gue berlari ke kamar mandi tiba-tiba gue kepeleset. Kepala gue jatuh nyium sudut tembok, terus bocor. Lalu, gue mati tergeletak kehabisan darah.
Gila.
Orang-orang memiliki cara meninggal yang bermacam-macam. Ketika gue sedang menulis ini, gue baru saja menonton orang yang mati karena digigit tikus di TV. Awalnya, gue pikir "Ah mustahil, masa digigit tikus doang mati.". But, i've confirmed on google about people who died by mouse bites. Memang bener. Tubuhnya banyak luka. Perutnya bocor. Kemarin gue mampir ke rumah saudara, tante gue tiba-tiba minta izin ke nyokap buat pergi sebentar. Sedikit heran, gue tanya nyokap kemana tante gue pergi.
"Itu ada tetangganya meninggal. Mau ngelayat." Kata nyokap.
Setelah itu gue tanya meninggalnya kenapa. Nyokap gue langsung menjawab dia meninggal hanyut di sungai. Habis ospek PASKIBRA katanya and dia seumuran sama gue. Ketika gue mendengar alasan kematian si tetangga itu dari nyokap gue mendadak diem. Gue anggukan kepala gue perlahan. Terus ngelamun.
Gue selalu berpikir ketika gue sudah besar nanti gue akan sukses. Gue mau ngebahagian kedua orang tua gue. Gue pengen do the best for the rest of their life. Tapi, setelah mendengar itu gue jadi mikir lagi. Gimana kalau gue mati muda? Mati tanpa belum menjadi apapun. Apa bisa gue membuat mereka bahagia?
Kita sering lupa tentang kematian. Kita ketawa, kita jalan sama orang-orang, kita kerja, kita mencintai seseorang tapi kita gak ingat sama sekali tentang kematian. Seolah kematian itu adalah hal yang tidak penting dalam hidup kita dan kita secara tidak segaja 'mengabaikan' keberadaannya. Kematian menyadarkan kita bahwa hidup ini gak selamanya ada dan kita semua gak abadi.
Dulu ketika gue
masih berada di kelas 3 SMP di bulan Februari one of the
best friend that i have Aprana gue dapet kabar dari dia bahwa bokapnya
meninggal. Jujur, ketika mendapat kabar itu gue kaget. Bener-bener kaget. Gue
ingin banget pergi ke rumahnya. But, hari
itu motor lagi dipake bokap. Bokap juga belum pulang. Hari sudah malam sewaktu
gue mendapat kabar itu. Sedikit bimbang, akhirnya gue putuskan gue akan
melayatnya besok dengan teman-teman gue yang lain ke tempat pemakaman almarhum
bokapnya.
Besoknya gue
langsung ke pemakaman dengan teman sekelas gue. Sesampainya disana banyak
banget orang yang datang. Bukan hanya teman sekelas gue, tapi teman-teman
kantor almarhum dan para kerabatnya juga ikut hadir untuk melihat saat-saat
terakhir beliau. Gue memandang sekeliling gue banyak orang berdesak-desakan
datang sampai kebingungan mencari tempat parkir hanya untuk melihat bokapnya
Aprana.
Jujur, ketika gue
melihat semua itu gue langsung berpikir jika suatu saat nanti gue mati, apa
bakal banyak ya orang-orang yang melayat gue? Berdesak-desakan sampai
kebingungan mencari tempat parkir hanya untuk melihat gue disaat-saat terakhir?
Gue sendiri
(amit-amit) gak mau sampai enggak ada yang melayat gue. Gak ada orang yang mau
mengantar gue ke tempat peristirahatan terakhir dan sampai akhirnya gue hanya
akan dilupakan. Kuburan gue lama-lama akan menjadi tanah yang benar-benar rata
karena tidak terurus.
Kematian membuat
gue berpikir untuk membuat sesuatu yang tak terlupakan. Sesuatu yang membuat
gue abadi di dunia ini dan kematian juga membuat gue berpikir bahwa gue gak
perlu menjadi sukses untuk membahagiakan orang tua gue.
Dan pertanyaan gue untuk saat ini apakah gue sudah membuat kedua orang tua gue cukup bahagia?
Sampai saat ini gue masih belum bisa menjawab pertanyaan itu.