Malam ini rasanya hati gue bener-bener campur aduk. Entah kenapa akhir-akhir ini gue juga sering banyak melamun. Pulang sekolah gue jadi lebih sering main diatas atap rumah. Gue tiduran disana. Memandangi langit, bintang sambil merenung kejadian apa yang telah gue lewati hari itu. Kadang gue juga ngomong-ngomong sendiri kayak orang gila. Ngobrolin tentang kehidupan.
Terkadang gue juga merasa aneh dengan diri gue yang sekarang. Gue rasanya gak seceria dulu. Gue dirumah lebih banyak diem. Hampir mirip orang yang frustasi. Bagi sebagian orang terutama teman-teman sekelas gue yang sudah tau bagaimana watak gue disekolah. Gue suka bercanda, masuk kelas sambil koprol, nyanyi-nyayi gak jelas, jail.
Well...
Semua itu gue lakukan untuk melepaskan semua yang ada dipikiran gue. Gue jadikan diri gue sendiri sebagai media untuk melepaskan apa yang ada dipikiran gue selama ini. Lucu juga sih sebenernya. Gue yang membuat masalah itu dan gue sendiri yang melupakan masalah itu. Gue emang orang yang ribet.
Kecerian gue disekolah juga hanya untuk melepaskan beban-beban yang gue rasain, banyaknya tugas, sampai masalah yang menurut gue paling rumit. Paling mengganggu pikiran gue untuk beberapa hari terakhir ini.
Jatuh Cinta.
Jujur, sedari dulu gue adalah seorang secret admirer. Ketika gue jatuh cinta dengan seseorang gue hanya bisa memandangnya dari jauh. Sekalipun kalau orang itu dekat sama gue, tetep aja gue gak pernah berani mengutarakannya. Karena gue sendiri takut. Hubungan kita malah jadi aneh kalau gue blak-blakan mengutarakan apa yang ada didalam hati gue.
Contohnya seperti kasus dulu ketika gue kelas 3 SMP yang pernah gue buat ceritanya disini. Untuk kalian yang penasaran kalian bisa melihat arsip blog gue di tahun 2014. Cari aja postingan yang berjudul Surat Cinta Untuknya. Disitu ada beberapa part. Buat yang mau baca silahkan aja.
Gue dulu hanya mengagumi dia aja. Gue suka sama dia. But, dia sendiri gak pernah tau bahwa gue suka sama dia. Akhirnya gue putuskan untuk mengirimkan surat. Dulu ketika gue benar-benar jatuh cinta sama dia gue sampai latihan dikaca untuk ngomong sama dia. Biar apa yang ada dipikiran gue keluar semua dan dia bisa tau bagaimana sebenarnya isi hati gue ini. Tapi, akhirnya tetep aja gue gak berani mengatakan semuanya ke dia. Walaupun memang gue sempat berbicara sama dia, gue rasa ketika gue ngomong sama dia gue gak to the point.
Baru terpikir sekarang, ternyata gue dulu adalah orang yang cemen.
Pada saat itu gue gagal. Gagal mengutarakan apa yang gue rasakan. Tapi, gue juga cukup lega setidaknya sedikit dari apa yang gue rasakan bisa gue sampaikan. Walaupun dianya gak ngerti-ngerti amat.
Dan sekarang, hari ini gue merasakan hal yang sama lagi seperti dulu. Gue sedang benar-benar jatuh cinta dengan seseorang. Seseorang yang sebenarnya gue udah suka sejak lama namun gue pendam. Sekarang rasa itu berontak ingin keluar. Hati gue rasanya ingin bilang sejujur-jujurnya kepada seseorang itu. Gue ingin blak-blakan. Gue ingin dia tau tentang apa yang selama ini gue rasain.
Sekarang hanya tinggal menunggu waktu. Kapan dia bisa mendengarkan apa yang hati gue ini akan ceritakan.
Dan kali ini.
Gue gak mau gagal.